Menyambut ulang tahun DKI Jakarta ke-486, sejumlah Badan Usaha Milik Negara (BUMN) bersama-sama memperkenalkan konsep monorel kepada masyarakat. Monorel yang diperkenalkan itu terdiri dari monorel Jakarta Link Transportation (JLT) yang rencananya akan menghubungkan Timur-Cawang-Kuningan dan Cibubur-Cawang. Kedua adalah monorel Automatic People Mover System (MAPMS) yang akan digunakan untuk penghubung antar terminal di Bandara Soekarno-Hatta. Dan yang terakhir adalah Automated Container Transportation (ACT), monorel pengangkut petikemas yang menghubungkan Pelabuhan Tanjung Perak dengan Terminal Multipurpose Teluk Lamong.
Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Dahlan Iskan bersama dengan Gubernur DKI Jakarta Joko Widodo (Jokowi) dan Wakil Menteri Perhubungan Bambang Susantono, bersama-sama meresmikan pameran tersebut yang bertempat di lapangan silang Monas, Jakarta, Sabtu (22/6). Pameran monorel itu sendiri mengambil tema "BUMN untuk Negeri, Monorel BUMN Solusi Inovasi Transportasi Karya Putra Bangsa” dan dibuka bagi masyarakat umum secara gratis mulai tanggal 22 Juni 2013-7 Juli 2013.
Menteri BUMN Dahlan Iskan mengatakan bahwa anak negeri mampu dalam mengembangkan sistem monorel di Indonesia. Hal itu ditunjukkan oleh pameran monorel yang digelar oleh konsorsium BUMN yang terdiri dari PT Pelabuhan Indonesia III (Persero) (Pelindo III), PT Adhi Karya (Persero) Tbk, PT INKA (Persero), PT Len Industri (Persero), PT Angkasa Pura II (Persero), PT Telkom (Persero) Tbk, dan PT Jasa Marga (Persero) Tbk. Menurutnya, itu merupakan bukti bahwa Indonesia memiliki kemampuan yang sama dengan negara lain.
“Silahkan dikembangkan dengan baik monorel ini karena akan menjadi bukti bahwa BUMN Indonesia bisa diandalkan,” katanya saat pembukaan acara.
Dahlan menambahkan, monorel yang akan dikembangkan oleh konsorsium dapat menjadi solusi alternatif angkutan masal di Indonesia.
“Bisa menjadi solusi kemacetan yang selama ini terjadi di sejumlah ruas jalan di beberapa kota besar,” tambahnya.
Gubernur DKI Jakarta Joko Widodo mengapresiasi pameran monorel yang digelar oleh konsorsium BUMN. Menurut mantan Walikota Solo ini, pameran monorel yang akan berlangsung selama dua pekan kedepan dapat menjadi edukasi bagi masyarakat, khususnya masyarakat Jakarta.
“Dengan adanya pameran yang terbuka seperti ini masyarakat akan semakin tahu apa itu monorel, bentuknya seperti apa, cara naiknya bagaimana dan lain sebagainya, sehingga monorel bisa segera dikembangkan di Jakarta” ucap pria yang akrab dipanggil Jokowi ini.
Sementara itu Pelindo III bersama-sama PT Adhi Karya (Persero) Tbk. berencana membangun pengangkut kontainer otomatis (ACT) berbasis monorel yang akan menghubungkan Pelabuhan Tanjung Perak dan Terminal Teluk Lamong. Proyek prestisius ini diprediksi akan menelan biaya sedikitnya Rp 2,5 triliun.
Dalam rencana proyek Automated Container Transportation (ACT), PT Pelindo III dan PT Adhi Karya sebagai pemilik proyek, sedangkan selaku pelaksana proyek adalah konsorsium monorel BUMN yang terdiri dari PT Adhikarya, PT INKA dan PT Len Industri. Pembangunan proyek ACT diestimasikan memerlukan waktu penyelesaian selama dua tahun.
ACT atau monorel kontainer otomatis tersebut akan menghubungkan Teluk Lamong dengan Pelabuhan Tanjung Perak dengan panjang lintasan mencapai total 11,445 km. Pelindo III dan PT Adhi Karya saat ini tengah merampungkan studi kelayakannya, yang meliputi aspek finansial, komersial, dan legal. Termasuk demand dan tarif angkutan petikemas.
Kepala Humas PT Pelindo III Edi Priyanto mengatakan proyek ini tergolong terobosan baru di dunia, khususnya di sektor transportasi pelabuhan. Proyek ini memiliki sejumlah keunggulan yakni ketepatan waktu pengiriman, mengurangi kemacetan, ramah lingkungan karena menggunakan energi listrik, minim penggunaan lahan, dan efisiensi penggunaan box container.
Edi lebih lanjut menjelaskan, bahwa tingkat kemacetan tinggi di Jalan Tol (Margomulyo) dan Non Tol (Osowilangun, Kalianak, Greges) apabila tidak diatasi dengan ACT akan berdampak pada terjadinya beberapa permasalahan, diantaranya ketidakpastian sehingga sulit mengatur siklus operasi bongkar muat secara kesisteman, inefisiensi penggunaan utilitas bongkar muat di pelabuhan dan depo petikemas, pemborosan konsumsi bahan bakar minyak dan tingginya biaya logistik dan transportasi.
Dalam rencana pengembangan Pelindo III akan mengitegrasikan pola operasi terminal petikemas dengan LCD (Local Container Depo). Pengembangan ACT juga untuk mengantisipasi multiplayer effect selaras dengan pengoperasian double track dan mempersiapkan interface point angkutan kereta api dengan pelabuhan dengan sistem smooth process. Hal tersebut juga sebagai antisipasi terhadap kenaikan BBM sekaligus memberikan solusi alternatif dari BBM base menjadi electrical base pasca subsidi. Hal lainnya adalah mencegah terjadinya konflik pada transportasi darat dengan mengurangi kemacetan.
Pelindo III berharap dengan pengembangan ACT akan mengurangi LCD (Local Container Depo) dan difokuskan atau dikumpulkan menjadi satu lokasi serta memfokuskan depo menjadi ICD (Inline Container Depo) yaitu depo yang berada di wilayah hinterland dalam jarak sedang/jauh maksimal 30 Km.
Sumber : Dermaga.com