Home / Company / News

FABRIKASI ALAT TERMINAL TELUK LAMONG

Sunday, 14 Jul 2013
Share this news
Share Twitter    Share Facebook    Share LinkedIn

Salah satu kota industri andalan China yang terletak di ujung semenanjung Provinsi Liaoning (China bagian Timur Laut) ini terlihat begitu bersemangat dalam menata dan mempercantik diri. Dan posisinya yang luar biasa strategis cukup membantu dalam mensukseskan langkahnya menjadi salah satu pusat industri kemaritiman.

Dalian yang dikenal sebagai "Mutiara di Utara" adalah kota yang menerapkan proyek penghijauan yang paling berhasil di utara China. Kota ini pernah terpilih sebagai kota pariwisata china, kota yang bersih dan hijau, kota taman dan juga dipilih PBB sebagai salah satu dari 500 kota yang kondisi lingkungannya sempurna didunia.

Dari sudut pandang sejarah, Dalian telah mengalami 3 kali pendudukan, yaitu oleh Inggris, Jepang, dan Rusia hingga akhirnya kembali ke pangkuan China pada tahun 1950. Sejak saat itu, Dalian telah melakukan banyak hal dan kini telah berubah menjadi salah satu pusat pelayaran terbesar di Asia.

Sekelompok insinyur warga Rusia yang berminat terhadap budaya Perancis datang ke Dalian pada 100 tahun lalu. Mereka membawa cetak biru pembangunan kota Perancis dan bercita-cita membangun Dalian sebagai “Paris Timur”. Mungkin sejak itu, atmosfer romantis dari Paris dibawa ke kota ini. Karena itu di setiap sudut bangunan di kota Dalian sejauh mata memandang kita dimanjakan dengan pemandangan gaya bangunan Rusia.

Melihat kondisi geografis dan efisiensi produksi Crane, maka Konecranes sebagai pemegang tender pengadaan 20 unit Automated Stacking Crane (ASC) memilih Dalian Crane & Mining Machinery Co.,Ltd (DCMMC) sebagai  subkontraktor Konecranes Finland Corporation. Pembangunan ASC dibagi menjadi 2 fase produksi masing-masing fase sebanyak 10 unit ASC.

Tepatnya di Dalian Crane & Mining Machinery Co.,Ltd. (DCMMC) China, akhir Juni telah dilakukan pemotongan plat pertama untuk memulai proses fabrikasi Automated Stacking Crane (ASC). Acara yang dihadiri oleh Prasetyadi, Senior Manager Pemeliharaan Fasilitas yang sekaligus sebagai Pemimpin Proyek Pengadaan Peralatan Teluk Lamong itu diawali dengan rapat koordinasi dengan pihak Konecranes, DCMMC, dan Bureau Veritas (BV) sebagai konsultan supervisi pengadaan Crane untuk Terminal Teluk lamong (TTL).

Rapat koordinasi mengenai progress pembangunan ASC tersebut dihadiri oleh Kimmo Kankare (Supervisor, Port Cranes) dan Robin Luo (Supervisor, Port Cranes, Service China) dari Konecranes, kemudian dari pihak DCMMC juga diwakili oleh Bao Haiming (Vice General Manager) dan Guo Xiang (Project Manager). Tidak ketinggalan pihak konsultan BV yang sengaja hadir dari Indonesia, Adi Darma (INY Project Manager Business Development Manager) yang juga sebagai Project Manager supervisi Automated Stacking Crane (ASC) dan BV perwakilan China yang selalu mengawasi pembangunan ASC, Xiaochen Wang (Structural Engineer TLE).

Project Manager DCMMC dalam laporannya mengawali rapat kala itu mengatakan bahwa selama ini proses perencanaan hingga persediaan material ASC masih sesuai jadwal tidak ada halangan yang berarti. Dari pihak BV selaku pengawas produksi juga memberikan keterangan bahwa semua material yang dihadirkan ke pabrik DCMMC untuk membangun ASC milik Pelindo III sesuai dengan spesifikasi yang telah disepakati oleh kedua pihak yaitu Pelindo III dengan Konecranes.

Dalam sambutannya, Prasetyadi sebagai perwakilan dari Pelindo III menyatakan kebahagiannya bahwa pihak Konecranes sebagai pemenang tender pengadaan crane untuk Terminal Teluk Lamong, BV dan DCMMC dapat bekerjasama dengan baik sehingga bisa mewujudkan keinginan Pelindo III untuk segera mengoperasikan Terminal Teluk Lamong menggunakan peralatan angkat dan angkut baru dengan produktivitas yang tinggi  pada awal tahun 2014 mendatang.

Rapat dimulai pukul 10.00 waktu setempat dan berakhir 45 menit kemudian setelah presentasi dari masing-masing pihak yang terlibat dalam pembangunan ASC. Rombongan dari Pelindo III kemudian diajak untuk factory visit DCMMC dan kemudian akhirnya sampai di lokasi pemotongan plat pertama yang disaksikan oleh Prasetyadi.

Adi Darma selaku wakil dari Bureau Veritas Indonesia yang hadir saat acara menjelaskan ke wartawan Dermaga bahwa dari pihak BV akan menjalankan fungsinya yaitu melakukan review gambar desain maupun perhitungan teknis crane yang dipesan, kemudian melakukan pengawasan fabrikasi ASC dengan menempatkan SDM yang kompeten dibidangnya pada pabrik pembuat crane, hingga nanti saat proses testing dan commisioning di Terminal Teluk Lamong. Hal ini bertujuan untuk mengurangi risiko atas ketidak sesuaian spesifikasi crane yang dipesan oleh pembeli. BV akan bertanggung jawab penuh atas spesifikasi crane yang dibangun sesuai dengan kontrak yang telah ditandatangani hingga crane siap beroperasi di Terminal.

 

Dalian Crane & Mining Machinery Co.,Ltd.

Disingkat DCMMC, merupakan pabrik spesialisasi dalam membangun struktur berbagai macam crane yang ada di pelabuhan seperti gantry cranes, smelthing works cranes, dan alat angkat dan angkut pelabuhan. Memiliki luas 80.000 m2 dimana 60% adalah lokasi pembangunan konstruksi dan dua lapangan pendirian dan pengiriman ke dermaga.

Pabrik yang berdiri sejak tahun 1972 ini memiliki 800 pegawai, termasuk 70 tenaga ahli tersertifikasi di bidang konstruksi crane serta pabrik tersebut dilengkapi dengan peralatan mutakhir untuk cutting, electrical, sand blast and painting, machining workshop, dll.

DCMMC juga telah disertifikasi ISO 9001 management system, ISO14001 environment management system certificates, ISO 18001 environment management system certificates, dan occupational health & safety management system.

 

Konecranes

Kimmo Kankare kepada wartawan dermaga menjelaskan bahwa Konecranes akan bertanggung jawab atas seluruh konstruksi ASC yang dipesan oleh Pelindo III untuk Terminal Teluk Lamong. DCMMC hanya membangun sesuai dengan desain yang diberikan oleh Konecranes Finland Corporation.

Kemudian untuk kelengkapan ASC hingga bisa dioperasikan seperti sistem mekanikal, elektrikal dan otomasi akan didatangkan langsung dari Eropa, Jepang, dan Amerika Serikat. Untuk kualitas akan dijaga sesuai dengan spesifikasi yang telah disepakati di dalam kontrak seperti dimensi, struktur, mekanikal, ektrikal, otomasi dan safety akan betul-betul diperhatikan dan diawasi secara langsung oleh pihak Konecranes dan tenaga ahli dari BV.

 

Automated Stacking Cranes (ASC)

Peralatan bongkar muat Automated Stacking Cranes (ASC) menggunakan teknologi mutakhir yang berbasis otomatisasi di area Container Yard (CY) untuk menunjang produktifitas kegiatan bongkar muat. Dengan penggerak Fully Electric yang beroperasi secara otomatis yang terintegrasi dengan Terminal Operating System (TOS), ASC memiliki banyak keunggulan dibandingkan dengan Rubber Tyred Gantry (RTG) yang bermesin diesel.

Hal ini sesuai dengan konsep pembangunan pelabuhan Terminal Teluk Lamong yang berorientasi pada Green Port. Pemilihan ASC yang berpenggerak elektrik ini dinilai lebih ramah lingkungan karena emisi yang dihasilkan saat melakukan proses bongkar muat sangat kecil. Disamping itu penggunaan energi listrik sebagai sumber penggerak sangat mempengaruhi biaya operasional alat sehingga menjadi lebih hemat apabila dibandingkan bahan bakar minyak.

Dari segi teknis ASC memiliki kecepatan operasi yang lebih tinggi hingga 40  Move/Jam/Stack karena desain dari struktur crane dan dilengkapi sistem otomatisasi. Dengan kapasitas seperti itu, proses bongkar muat container di CY dapat dilakukan lebih cepat. Walaupun menggunakan sistem otomatis, alat ini didesain dengan sistem keamanan/safety yang memadai sehingga mampu menjamin kegiatan operasional bongkar muat yang aman. Biaya pemeliharaan untuk peralatan dengan sistem otomatisasi cenderung lebih rendah karena tingkat keandalan komponennya lebih tinggi dibandingkan sistem manual.

Hingga saat ini hanya beberapa pelabuhan di dunia yang menggunakan ASC sebagai alat bongkar muat di CY, karena selain teknologi alat yang tergolong masih baru juga diperlukan kesiapan dari segi operasional pelabuhannya. Alat ini dikendalikan jarak jauh atau remote system, dimana operator alat berada di Control Room. Satu orang operator dapat mengoperasikan sampai dengan 4 unit ASC melalui Control Room. Untuk memonitor operasional peralatan secara visual, sistem telah dilengkapi dengan kamera CCTV yang terpasang pada alat.

 

Progress Pembangunan Ship To Shore (STS) Crane

Pada kesempatan yang sama, Pemimpin Proyek Pengadaan Peralatan Teluk Lamong beserta rombongan juga berkesempatan mengunjungi Jiangsu Hailong Heavy Machinery co ltd. yang merupakan subkontraktor Konecranes Finland Corporation dimana akhir April lalu, telah dilakukan pemotongan plat pertama untuk memulai proses fabrikasi Main Structure Ship to Shore (STS) Crane yang akan dioperasikan di Terminal Teluk Lamong.

Ditemui oleh Mudan Wang (vice market manager) dan David Gu (Business Assistant) di Pabrik Jiangsu Hailong, dijelaskan progress untuk Fabrikasi Main Structure STS 01 sudah mencapai 70%.

Prasetyadi berharap dengan adanya sinergi antara Konecranes selaku Crane Manufacture dan BV sebagai konsultan pengawas yang dipercaya untuk membangun Crane TTL, diharapkan tahun 2014 Terminal Teluk Lamong akan dapat beroperasi sebagaimana diketahui bahwa proyek pembangunan Terminal Teluk Lamong merupakan proyek yang masuk dalam Masterplan Percepatan dan Perluasan Pembangunan Ekonomi Indonesia (MP3EI).

Sumber : dermaga.com