Terminal Peti Kemas Semarang (TPKS) yang pada 1 Juli 2013 lalu memasuki usia ke-12, merupakan unit usaha PT Pelabuhan Indonesia III (Persero) yang setiap tahunnya mengalami peningkatan konstan dalam produktivitas kinerja pelayanan bongkar muat petikemas. Karenanya, banyak kalangan yang menyebut cukup pantas bila pada tahun 2008 satu-satunya terminal petikemas di Provinsi Jawa Tengah ini menerima penghargaan “Piala Pelayanan Prima” langsung dari Presiden RI.
“Peran penting TPKS bukan hanya karena kontribusi pendapatan yang cukup signifikan bagi Pelindo III, tetapi juga mampu mendorong perdagangan di provinsi Jawa Tengah. Hal ini dapat dibuktikan dengan realisasi ekspor dari Tanjung Emas yang tiap tahun mengalami surplus, dibanding impornya” tutur Ketua Indonesia National Shipowner Association (INSA) Semarang Eddy Raharto dalam suatu perbincangan dengan Reporter Dermaga.
Ditinjau dari kinerja keuangan, TPKS juga telah berhasil memberikan kontribusi pendapatan dan laba usaha yang positif bagi perusahaan. Sedangkan dalam tatakelola perusahaan, Manajemen TPKS juga telah membuktikan mampu melaksanakan sistem dan prosedur yang berdampak pada tercapainya efektifitas maupun efisiensi dalam lini operasinal.
Tumbuh Signifikan
Unit Usaha Pelindo III TPKS yang semula dikenal sebagai terminal yang hanya melayani bongkar muat petikemas internasional, sejak akhir 2012 lalu telah membuka layanan bongkar/muat petikemas domestik. Kalau pada awalnya hanya dilakukan oleh perusahaan pelayaran Nasional PT SPIL dengan rute Semarang-Banjarmasin, mulai 1 Juni 2013 layanan untuk petikemas domestik berkembang dengan jalur Jakarta-Semarang-Kumai, yang dilaksanakan oleh perusahaan pelayaran nasional Meratus.
Tentang hal ini, GM TPKS berucap: “Arus petikemas domestik akhir-akhir ini tumbuh signifikan. Kami memberikan perhatian terhadap segmen ini, dan dalam rangka kerjasama dengan Pelindo III Cabang Tanjung Emas, maka untuk pelayanan petikemas domestik kami menyiapkan dermaga dan peralatan, sedang untuk penumpukannya diarahkan ke lapangan penumpukan petikemas di Cabang Tanjung Emas”.
Menjawab pertanyaan Dermaga tentang capaian pendapatan tahun 2012, GM TPKS mengatakan: “Alhamdulillah masih terjadi capaian yang positif. Dalam neraca laba/rugi usaha, tercatat laba/rugi rill sebelum pajak, tercapai 119% diatas RKA, dan bila dibanding dengan capaian tahun 2011 masih terjadi peningkatan 110%”.
Iwan Sabatini mengakui bahwa sampai dengan akhir tahun 2012, TPKS masih menghadapi beberapa masalah internal maupun eksternal yang menjadi penghambat pertumbuhan lebih signifikan dari cabang yang dipimpinnya. Permasalahan internal yang mencolok, antara lain rendahnya utilisasi salah satu RTG, hingga mengganggu kecepatan pelayanan. Namun hal itu segera dapat diatasi dengan cara optimalisasi fungsi melalui life assement. Juga terdapat masalah kurangnya jumlah SDM foreman kapal dan planner yang dapat diatasi dengan penambahan jumlah SDM agar memenuhi kebutuhan.
Mantan GM Pelabuhan Benoa Bali yang sempat menjadi Kahumas Pelindo III ini juga menjelaskan tentang adanya permasalahan eksternal, yang cukup berpengaruh terhadap kinerja unit usaha yang dipimpinnya. Secara rinci, dijelaskan:
Akselerasi Berkelanjutan
“Sebagai unit usaha yang diharap dapat terus tumbuh dan berkembang untuk mampu member kontribusi lebih besar bagi perusahaan, dan lebih-lebih mampu jadi pemicu pertumbuhan ekonomi bagi lingkungan strategisnya di Provinsi Jawa Tengah dan Daerah Istimewa Yogyakarta, Manajemen TPKS terus melakukan terobosan usaha sesuai program akselerasi yang berkelanjutan. Artinya, kemajuan yang bisa dicapai oleh TPKS, hendaknya mampu memberi dampak positif bagi lingkungan kerjanya” jelas GM TPKS Iwan Sabatini kepada Reporter Dermaga.
Langkah-langkah yang sudah dan akan terus dikembangkan, antara lain: