Home / Company / News

PELEBARAN APBS MULAI TAHUN INI

Friday, 18 Jan 2013
Share this news
Share Twitter    Share Facebook    Share LinkedIn

Revitalisasi alur pelayaran barat Surabaya (APBS) bakal dimulai tahun ini. Proyek multiyear itu kini masuk dalam proses lelang. Jika lelang selesai, pengerjaan fisik proyek yang digagas Kementrian Perhubungan (Kemenhub) itu bisa segera dimulai. Kepala Dishub Jatim Wahid Wahyudi menyatakan, proyek APBS dibagi dua tahap. Tahap pertama yang dimulai tahun ini akan berakhir pada 2014. Pemerintah menyediakan anggaran USD 73 juta. Dana sebesar irtu  digunakan untuk memperlebar alur efektif dari 100 meter menjadi 150 meter serta memperdalam alur 9,5 meter menjadi 13 meter.

Proyek tahap II akan memperlebar alur dari 150 meter menjadi 200 meter dan diperdalam  hingga 16 meter. Total anggaran untuk tahap II yang dijadwalkan dimulai pada 2014 mencapai USD 111 juta. “Setelah tender selesai, proyek segera digarap,” tegas Wahid.

Dia mengakui, realisasi proyek itu sempat terhambat karena membentangnya pipa gas Kodeco di alur pelayaran Surabaya Barat. Namun, persoalan tersebut sudah dibahas bersama Kemenhub. “Sudah bukan hambatan karena siap direlokasi,”ujarnya. Apalagi, kata Wahid, panjang pipa gas Kodeco yang melintas alur 200 meter. Karena itu, pemerintah optimistis pemindahan pipa tersebut hanya membutuhkan waktu sekitar dua bulan. “Pemindahan pipa akan dilakukan PT Pertamina Hulu Energy West Madura Offshore,” katanya.

Dia menjelaskan, pertumbuhan ekonomi di Jatim saat ini mencapai 7,22 persen. Tingkat pertumbuhan itu melebihi DKI Jakarta. Sejatinya, kata Wahid, tingkat pertumbuhan ekonomi di Jatim bisa maksimal hingga 8 persen, namun terkendala sistem transportasi.

Pelabuhan Tanjung Perak, ungkap Wahid, bukan hanya pusat aktivitas ekonomi di Jatim, tapi juga Indonesia Timur. Apalagi, Tanjung Perak, mempunyai 20 rute atau lebih banyak dibanding Tanjung Priok. Persoalannya, alur pelayaran barat Surabaya (APBS) hanya memiliki kedalaman 9,5 mete. Karena itu, kapal yang boleh masuk atau lewat di situ hanya kapal generasi kedua.

Kapal jenis itu hanya memiliki daya muat barang 15 ribu DWT (day weight ton) . Padahal, untuk bisa dilewati pelayaran internasional, alur tersebut harus bisa dimasuki kapal generasi ke-9. “Kita kalah tujuh generasi,” ujarnya. Dampaknya, barang ekspor tidak bisa sampai langsung samapai ke tujuan dan harus transit lebih dulu di Singapura, kemudian diangkut lagi oleh kapal yang lebih besar. Gubernur Jatim Soekarwo mengusulkan agar APBS diperdalam hingga minus 16 meter. Jika target itu terealisasi, kapal yang bisa masuk ke Pelabuhan Tanjung Perak maupun Teluk Lamong bisa melompat dari jenis generasi kedua ke kapal generasi ketujuh dengan kapasitas muat 60 ribu DWT.

“Dengan demikian, tidak harus transit di Singapura. Diharapkan, upaya itu bisa menekan cost transport, sehingga barang ekspor dari Jatim dan Indonesia Timur bisa langsung dipasarkan di pasar Internasional,”ujarnya.

Saat ini, lelang proyek dilakukan Dirjen Perhubungan Laut. Beberapa waktu lalu, kata Wahid, gubernur membentuk BUMD yang bisa ikut konsorsium untuk menormalisasi APBS. Selanjutnya, dilakukan MoU antara Jatim Graha Utama yang mewakili BUMD Jatim dan Pelindo III, Petrokimia, serta Wijaya Karya. Setelah MoU, tahap selanjtnya adalah meambentuk konsorsium agar bisa mengikuti lelang oleh Dirjen Perhubungan Laut. “Insya Allah, konsorsium ini bisa memenangi lelang. Apalagi, Pelindo sudah punya dokumen perencenaan yang lengkap. Saya yakin Pelindo punya perencanaan terlengkap untuk APBS,”jelasnya.

Pemprov optimistis, jika proyek tersebut terealisasi, Jatim akan mempunyai sistem transportasi baru untuk mengurangi arus perdagangan lewat laut. Kapal-kapal besar nanti singgah dan berlabuh di Tanjung Perak.

 

Sumber            : Jawa Pos

Hari/tanggal   : Jum’at, 18 Januari 2013