Kalangan pemilik kapal meminta pemerintah tetap melanjutkan proyek Pelabuhan Cilamaya, Karawang, Jawa Barat, meskipun PT Pelabuhan Indonesia II mengancam mengembalikan izin konsesi Terminal Kalibaru.
Ketua Umum Indonesia National Shipowners’ Association (INSA) Carmelita Hartoto mengatakan kekhawatiran Pt Pelindo Indonesia (Pelindo) II aatau Indonesia Port Corporation (IPC) terlalu berlebihan karena pembangunan Cilamaya merupakan proyek jangka panjang.
Sebaliknya, menrutnya, Pelabuhan Cilamaya bakal melakukan persaingan sehat dalam pelayanan kepelabuhan sehingga berdampak positif terhadap tariff dan kualitas pelayanan.
Carmeliat mencontohkan di Negara lain Pelabuhan di bangun secara berkelanjutan untuk menciptakan persaingan di sektor kepelabuhan sehingga ongkos logistic lebih kompetitif.
“Ini [ proyek Cilamaya ] harus di lanjutka,” ujarnya.
Dia menjelaskan Indonesia di tuntut lebih siap mengantisipasi pertumbuhan arus barang di Pelabuhan Tanjung Priok agar system Logistik nasional semakin efisien.
Sementara dari sisi strategi logistic nasional, katanya, Pelabuhan Cilamaya sangat tepat karena akan menjadi salah satu penunjang logistic nasional.
Carmelita menegaskan posisi Pelabuhan Cilamaya sangat strategis bisa mengurangi beban jalan, mengurangi kemacetan di kawasan Ibu Kota, hingga meningkatkan partisipasi swasta di sektor kepelabuhan.
“Inftrakstruktur di wilayah Jabodetabek juga akan tidak bisa lagi mendukung bagi penanganan arus peti kemas di Pelabuhan Tanjung Priok yang di perkirakan meningkat dari posisi sekarang sebanyak 6,5 jt TEUs menjadi 20 juta TEUs pada tahun 2025.”
Kementrian perhubungan sebelumnya menegaskan tetap mempersiapkan pembangunan Pelabuhan Cilamaya, Karawang, Jawa barat secara gradual sebagai program jangka panjang guna mengantisipasi pertumbuhan ekonomi Indonesia.
Dirjen perhubungan laut ke Menhub Bobby R. Mamahit mengatakan Cilamaya merupakan bagian dari antisippasi laju dari pertumbuhan arus bongkar muat peti yang di prediksi lebih tinggi dalam jangka panjang.
Prediksi pertumbuhan ekonomi itu di khawatirkan belum mampu di kejar oleh kapasitas Pelabuhan Tanjung Priok meskipun sudah membangun terminal New Priok atau Kalibaru.
LEBIH SERIUS
Sementara itu, Direktur National Maritime Institute ( Namarin) Siswanto Rusdi juga mendukung rencana pemerintah mempercepat pembangunan Pelabuhan Cilamaya.
Langkah tersebut akan menjadi solusi terhadap berbagai sektor transportasi dan logistik yang telah mengikis dayasaing dan telah menghambat pertumbuhan ekonoi nasional.
Dalam forum APEC 2013, masalah konektivitas menjadi salah satu pokok kesepakatan Negara APEC.
“Indonesia merupakan Negara kepulauan yang masih lemah daya dukung insfraktutur lautnya. Semestinya pemerintah lebih serius menegmbangkan pelabuhan di berbagai daerah,” katanya.
Untuk mendukung kegiatan perekonomian, imbuhnya, pemerintah tak perlu membangun pelabuhan baru selain di Tanjung Priok.
Siswanto mengatakan Namarin mencatat bebrapa alasan realisasi Pelabuhan Cilamaya. Pertama posisi strategis Cilamaya yang berdekatan dengan kawasan industri. Kedua, dengan akses yang lebih baik akan menciptakan efisiensi, sehingga dapat mendorong peningkatan daya saing ekonomi.
“Sektor industri saat ini sudah banyak bergeser ke timur menuju Cirebon. Jakarta sudah tidak cocok lagi untuk industri, terlalu mahal biayanya,” ujarnya.
Dalam surat Direktur Utama PT Pelindo II R.J Lino kepada Menko Perekonomian Hatta Rajasa menyebutkan Pelabuhan Cilamaya di khawatirkan berdampak pada keberhasilan proses pembiayaan dan pengoperasian Terminal Kalibaru.
Sumber : Bisnis Indonesia