PT Pelabuhan Indonesia III (Persero) yang disebut dengan Pelindo III nampaknya serius akan segera merealisasikan rencananya dalam merevitalisasi Alur Pelayaran Barat Surabaya (APBS) yang selama ini menjadi hambatan utama dalam pertumbuhan arus kapal dan barang di Jawa Timur dan Kawasan Timur Indonesia.
Melalui anak perusahaannya, PT Pelindo Marine Service (PMS) mendirikan anak perusahaan Joint Venture PT Alur Pelayaran Barat Surabaya (APBS) dengan Van Oord Dredging and Marine Contractors BV (VO).
Pelaksanaan penandatanganan itu sendiri dilakukan KBRI Den Haag Belanda pada tanggal 17 Januari 2014 kemarin. Anak perusahaan hasil Joint Venture tersebut nantinya akan bergerak dibidang pengembangan dan pengelolaan Alur Pelayaran Barat Surabaya yang merupakan alur pelayaran yang menuju Pelabuhan Gresik dan Pelabuhan Tanjung Perak Surabaya.
Penandatanganan dilakukan oleh Dirut Pelindo Marine Service, M. Chairoel Anwar dan Board Van Oord Dredging and Marine Contractors BV, Cornelis Adriaan De Bruijn disaksikan Dirut PT Pelindo III, Djarwo Surjanto dan Duta besar RI untuk kerajaan Belanda, Retno LP Marsudi, Sekjen Kementrian infrastruktur dan lingkungan hidup Belanda, Siebe Riedstra, Dirjen Hubungan Ekonomi luar negeri Kemlu Belanda, Simon Smits, CEO Van Oord DMC BV, Pieter van Oord dan Direktur Pelabuhan dan Pengerukan Kemenhub, Adolf F. Tambunan.
Selanjutnya Pelindo III menunjuk dan menugaskan anak usahanya PT Pelindo Marine Service (PMS) sebagai perwakilan Pelindo III dalam menyiapkan wahana dan struktur yang sesuai untuk mengembangkan, mengelola dan mengoperasikan APBS.
Pelindo III juga menugaskan PMS untuk bekerjasama dengan Van Oord Dredging and Marine Contractors BV (VO) dan secara bersama-sama menyiapkan wahana dan struktur yang sesuai untuk mengelola dan mengoperasikan APBS dengan cara membentuk suatu perusahaan patungan penanaman modal asing dengan komposisi pemegang saham, PMS mewakili 60% (enam puluh persen) dan VO mewakili 40% (empat puluh persen) dari seluruh saham pada saat pendirian JVC.
PMS dan VO melakukan kerjasama dengan cara bersama-sama mendirikan perusahaan patungan yang berbentuk perseroan terbatas yang bergerak dalam bidang usaha : jasa pengerukan dan jasa pemeliharaan kedalaman alur pelayaran,pengembangan dan pengelolaan alur pelayaran serta Jasa reklamasi.
Kepala Humas Pelindo III, Edi Priyanto mengatakan pelabuhan Tanjung Perak Surabaya memainkan peran utama dalam kegiatan ekonomi Indonesia, Pelabuhan Tanjung Perak dibangun pada awal seribu sembilan ratus oleh kontraktor Belanda , HAM.
“Dan pada saat ini, seperti yang dapat kita lihat bersama-sama, Surabaya sebagai kota terbesar kedua di Indonesia, melalui Pelabuhan Tanjung Perak menjadi titik tumpu dan gerbang ekonomi tidak hanya di Provinsi Jawa Timur, tetapi juga untuk Kawasan Timur Indonesia, namun, perannya saat ini adalah jauh belum optimal karena kedalaman Access Channel yang -9.5 mLWS,“ ujar Edi Sabtu (18/14/2014).
Dia mengatakan mulai tahun 2000, Pelindo III sebagai perusahaan milik negara telah mengambil beberapa upaya yang luar biasa untuk menganalisis pentingnya Alur Pelayaran Barat Surabaya (APBS) untuk masa depan, salah satu upaya tersebut adalah studi yang dilakukan oleh DETEC dari Belanda pada tahun 2001 dan didanai oleh sinergi dari Pelindo III dan instansi pemerintah Belanda waktu itu.
Beberapa penelitian dan ulasan sesudahnya, Pelindo III berinisiatif mengusulkan skema Public Private Partnership (PPP) kepada Pemerintah Indonesia, mengingat kepentingan dan urgensi memperdalam dan pelebaran APBS dimaksud.