Sejumlah pelaku usaha dan Badan Usaha Pelabuhan (BUP) yang memiliki keterkaitan dengan revitalisasi Alur Pelayaran Barat Surabaya (APBS) mulai was-was. Kekhawatiran ini terkait ancaman molornya pelaksanaan proyek ini akibat belum jelasnya pemindahan pipa gas milik PT Pertamina Hulu Energi West Madura Offshore (PHE WMO) yang dijadwalkan Maret 2013.
Jika proyek APBS ini molor, yang dikhawatirkan pelaku usaha adalah olah gerak kapal dan muatan kapal menjadi terbatas. Dampaknya adalah cost (biaya) pengiriman logistik membengkak. Ujung-ujungnya pelku usaha di Pelabuhan Tanjujng Perak yang dirugikan.
Karena itu, PT Pelabuhan Indonesia (Pelindo) III selaku Badan Usaha Pelanuhan (BUP), memiliki kepentingan terhadap pelaku pasar dan perekonomian di Jawa Timur.
“Kami sangat berkepentingan dengan revitalisasi APBS, karena memiliki keterkaitan dengan perekonomian Jatim, khususnya masalah distribusi logistik,” kata kepala Humas PT Pelindo III, Edi Priyanto, kemarin (4/2).
Seperti sering diberitakan bila kedalaman alur hanya -9,5 meter low water spring )LWS). Kedalaman itu tidak memungkinkan untuk mendatangkan kapal besar dengan muatan besar. Otomotis proses pengiriman harus dilakukan dua kali, dan menyebabkan pembengkakan biaya.
Sejauh ini APBS masih terganggu dengan keberadaan pipa gas milik PHE WME yang melintang dibawahnya. “Kita butuh memperdalam alur, guna memudahkan distribusi logistik. Permasalahannya, kami belum pernah mendengar persiapan untuk memindahkan pipa yang dilakukan PHE WME,” lanjut Edi.
Ketua Asosiasi Logistik dan forwarder Indonesia (ALFI) Jawa Timur, Henky Pratoko mengatakan efek domino yang ditimbulkan cukup besar. “Jumlah kapal yang singgah tetap kecil, tetapi akan lebih banyak. Dampaknya antrean kapal makin panjang akibat dari belum tuntasnya aktifitas bongkar muat,” urainya.
Dia menegaskan diskusi bersama Pemerintah Provinsi JawaTimur 28 November lalu akan sia-sia. Pada diskusi tersebut membahas pentingnya pemindahan pipa guna mendukung revitalisasi APBS.
“Terminal Multi Purpose Teluk Lamong akan berarti bila didukung dengan revitalisasi APBS,” tutupnya.
November 2012 lalu, PHE WME menjanjikan pemindahan pipa dilakukan Maret 2013. Field Manager PHE WME, Seth Ambat mengungkapkan perusahaannya telah membeli pipa pengganti. Sayangnya, pantauan dilapangan sejauh ini belum ada tanda-tanda rencana pemindahan pipa.
Pemasangan pipa itu tertuang dalam Production Sharing Contract (PSC) antara BP Migas (sekarang PHE WME) dengan PT Kodeco, tertanam di Kilometer Point 35-36 dan 44-46. Pemasangan pipa itu dianggap mengganggu keselamatan pelayaran. Safety of Life at Sea (SOLAS).
SUMBER : RADAR SURABAYA
TANGGAL : SELASA, 5 FEBRUARI 2013