Pengerjaan pembangunan Terminal Teluk Lamong yang hampir selesai disorot Wakil Presiden Boediono. Dia mempertanyakan perkembangan terbaru pemindahan pipa eks Kodeco di Alur Pelayaran Barat Surabaya (APBS). Selain itu, wapres mengkhawatirkan masalah transpotasi darat yang menjadi akses dari dan menuju Teluk Lamong.
Dua pertanyaan itu muncul saat Boediono mengunjungi Terminal Teluk Lamong kemarin pagi (26/4). Dia datang pukul 09.30 bersama rombongan dari Kementerian Perhubungan (Kemenhub) dan disambut petinggi PT Pelindo III serta pejabat Penprov Jatim. Yakni, Sekdaprov Achmad Sudarki dan Kepala Dishub Jatim Wahid Wahyudi. Terjadi dialog sekitar setengah jam sebelum rombongan tersebut melihat langsung kondisi terkini terminal.
Mantan Gubernur Bank Indonesia itu mengungkapkan, jalan-jalan tersebut bakal semakin padat. potensi kerusakan jalan juga akan semakin tinggi. Dia berharap bukan hanya jalan raya yang dipakai, tetapi juga jalur kereta api. “Jalur kereta api ini akan sangat membantu”, ujarnya.
Pemanfaatan jalur kereta api itu memang telah masuk dalam perencanaan PT Pelindo III. Mereka telah memikirkan untuk membuat transportasi berbasis monorel yang akan menjadi akses pemindah peti kemas dari Tanjung Perak ke Teluk Lamong.
“Soal teknis, teknologi sudah dibuat. Hanya kami menunggu izin pemanfaatan ruang dari Pemkot Surabaya”, jelas Dirut PT Pelindo III Djarwo Surjanto. Izin serupa sedang dikoordinasikan dengan TNI-AL. Sebagian lahan yang bakal dilewati monorel itu memang adalah lahan militer.
Rencana lain yang tengah dibuat adalah akses dari terminal Teluk Lamong menuju Stasiun Veteran, Gresik. Akses itu pun akan dibikin dengan menggunakan model rel. Untuk mengurangi beban jalan dan kemacetan, PT Pelindo III sudah membuat rencana pembangunan flyover. Jalan layang tersebut bakal langsung menghubungi tol Surabaya – Gresik. Dengan demikian, truk-truk kontainer tidak perlu berdesakan dengan kendaraan lain.
Hal lain yang menjadi pemikiran wapres adalah keberadaan pipa eks Kodeco yang kini menjadi milik Pertamina Hulu Energi West Madura Offshare (PHE-WMO)tersebut. Menurut dia, pipa tersebut bisa mengganggu pengoperasian Teluk Lamong. “Saya berharap pipa (eks) Kodeco ini bisa segera digeser. Tanpa ini, tentu kelancaran arus tak akan bisa optimal”, tuturnya setelah mendengar paparan dari Djarwo Surjanto.
Pipa eks Kodeco itu memang harus dipindahkan dari lokasi sekarang. Tepatnya di APBS. Sebab, APBS bakal di lebarkan dan diperdalam. Bila APBS tidak segera dilebarkan, kapal-kapal besar tidak bisa leluasa masuk ke terminal. Menurut rencana, APBS itu dilebarkan dari 100 meter menjadi 150 meter. Termasuk kedalamannya dari 9,50 meter LWS (low water spring) menjadi -13 meter LWS.
General Manager PHE WMO Byker Pardede mengatakan bahwa tender dan kontrak untuk pemindahan pipa itu telah terselesaikan. Bahkan, jadwal pemindahan pipa sepanjang 21 kilometer tersebut sudah dibuat. “Semoga, pada Oktober-Nopember, (pemindahan pipa) bisa seusai dengan jadwal,’ katanya. (27/04/2014)