Home / Company / News

INSA KEBERATAN PAKAI KAPAL BESAR

Wednesday, 13 Mar 2013
Share this news
Share Twitter    Share Facebook    Share LinkedIn
JAKARTA- Indonesian National Shipowners’ Association menilai angkutan laut domestik belum saatnya menggunakan kapal berukuran besar seperti yang diusulkan dalam konsep Pendulum Nusantara. Wakil Keyua DPP Indonesia National Shipowners’ Association (INSA) Asmary Herry mengatakan kedalaman kolam pelabuhan di Indonesia rata-rata di bawah 12 m sehingga penggunaan kapal ukuran 3.000 twentty-foot equivalent units (TEUs) tidak proporsional. “Untuk kapal berkapasitas 3.000 TEUs draft kolam pelabuhan harus 12 meter-14 meter,” katanya. Sampai saaat ini, menurutnya, hanya Terminal Peti Kemas (TPK) Koja di Pelabuhan Tanjung Priok Jakarta yang Memiliki kedalaman kolam hingga di atas 12 m. Untuk terminal peti kemas domestik di pelabuhan lain seperti Belawan Medan hanya memiliki kedalaman kolam 9,5 m, dan Pelabuhan Tanjung Perak Surabaya hanya 8 m. Menurutnya, konsep Pendulum Nusantara yang diusung PT Pelabuhan Idonesia (Pelindo) II belum tepat saat ini . Konsep itu secara tegas mengatur penggunaan kapal berkapasitas 3.000 TEUs guna melayani angkutan laut domestik di rute Belawan – Tanjung –Priok- Tanjung Perak- Makassar- Sorong. Dia menilai pelabuhan tujuan itu belum seluruhnya bisa menampung bersandarnya kapal berkapasitas 3.000 TEUs. “Pertanyaannya, kapan pelabuhan bisa memiliki kedalaman draft kolam hingga 12 meter. Kalau bisa, kapal akan menyesuaikan,” tuturnya. Asmary mencontohkan jalur tersibuk untuk angkutan laut domestik yakni rute Jakarta-Belawan dan Surabaya- Makassar dengan menggunakan kapal kapasitas di bawah 2.000 TEUs. Dia menilai rute itu memiliki masalah yakni muatan yang masih tidak berimbang, kedalaman alur pelayaran tidak sama, serta fasilitas pelabuhan yang terbatas. Saat ini, rata-rata arus kontainer Jakarta-Belawan dan Surabaya-Makassar baru mencapai 3.000 TEUs per minggu sehingga cukup diangkut menggunakan kapal berkapasitas 1.700 TEUs sedangkan dari arah sebaliknya cenderung kosong. Sejauh ini, di dua rute domestik itu sudah dilayari kapal berukuran di bawah 2.000 TEUs dengan rata-rata tarif angkut Rp5 juta per TEUs Rp6 Juta per TEUs. “Tetapi perlu dicatat, 69% dari freight (Biaya Angkut) itu dibayar untuk tarif-tarif kepelabuhan,”ujarnya. FOKUS PELABUHAN Ketua Umum DPP INSA Carmelia Hartoto menyatakan operator pelabuhan di Indonesia seharusnya fokus memperbaiki layanan di pelabuhan, terutama pelabuhan konvensional dan general cargo yang menjadi sumber inefisiensi logistik di sektor angkutan laut. Dia juga mendesak perlunya moratorium tarif di seluruh pelabuhan di Indonesia. “Sekarang belum waktunya. Hampir semua pelabuhan menaikkan tarif sehingga biaya logistik bukan malah turun , tetapi meningkat.” Direktur Utama PT Pelabuhan Indonesia (Pelindo) II Richard Joost Lino sebelumnya menyatakan konsep Pendulum Nusantara bisa mewujudkan sistem distribusi barang yang efiensi dan terintegrasi sehingga bisa menurunkan biaya logistik nasional hingga 50%. “Sistem Pendulum Nusantara nantinya mengakomodasi kpal dengan kapasitas minimum 3.000 TEUs, ukuran yang dinilai efisien untuk menurunkan harga logistik,’ katanya. Dia menyatakan pengiriman barang dari Jakarta ke Belawan menggunakan sistem individual penggunaan jasa akan dikenakan biaya sebesar RP ^ juta per TEUs. Dengan konsep Pendulum Nsantara, ungkapnya, biaya itu bisa ditekan menjadi Rp 3 juta per TEUs. SUMBER : BISNIS INDONESIA