Kediri (9/8) – M. Hisyam Alaudin Rafsamani (17 tahun) baru saja pulang dari latihan baris-berbaris jelang upacara Peringatan 17 Agustus di SMA-nya, ketika Direktur Utama PT Pelindo Marine Service, Warsilan, dari Surabaya tiba di rumahnya di Dusun Selorejo, Kediri, Jawa Timur, Rabu (9/8). Almarhum ayah Hisyam, Moch. Ferdiansyah, sebelum meninggal dunia karena sakit, merupakan salah satu pelaut senior di Pelindo Marines yang kini menjadi operator kapal pandu dan penyedia jasa penundaan kapal terkemuka di Indonesia.
Hisyam dan Ibundanya, Dwi Istiqomah, mengaku tak menyangka tepat pada 6 tahun setelah suaminya meninggal. Pelindo Marines masih menjalin silaturahmi dan memberkan perhatian untuk keluarganya. Terutama kebutuhan pendidikan anak-anaknya. Hisyam, kelas 2 SMA, dan adiknya, Syifa Azzahra (10 tahun) yang duduk di kelas 5 SD, menerima beasiswa Mariners Peduli senilai Rp 10 juta untuk masing-masing anak.
“Dana dan emas santunan dari Pelindo Marines telah kami gunakan untuk membeli sawah (untuk diusahakan) sehingga memenuhi kebutuhan keluarga sehari-hari. Mas Hisyam alhamdulillah mandiri dan berprestasi. Insya Allah juga bercita-cita menjadi pelaut seperti almarhum ayahnya. Mohon nantinya kami diperbolehkan tanya-tanya terkait sekolah pelayaran untuk putra kami,” harap Dwi Istiqomah, yang disambut dengan terbuka oleh Warsilan.
Warsilan menjelaskan bahwa Pelindo Marines telah menyalurkan Program CSR (Tanggung Jawab Sosial Perusahaan) Mariners Peduli berupa beasiswa untuk putra-putri pelaut dan pegawai yang wafat ketika masih aktif bekerja untuk perusahaan. Ada 9 anak yang masing-masing menerima beasiswa senilai Rp 10 juta, sehingga total beasiswa yang disalurkan mencapai Rp 90 juta. “Sejalan dengan arahan Kementerian BUMN, sektor pendidikan menjadi salah satu prioritas penyaluran Program TJSL (Tanggung Jawab Sosial dan Lingkungan). Mekanisme kesejahteraan pegawai telah diatur untuk menyampaikan hak pegawai yang wafat sebagai kewajiban manajemen sesuai regulasi pemerintah. Harapannya justru bisa memberikan lebih ke keluarga yang ditinggalkan,” ungkapnya.
Sementara itu di Tulungagung, Tri Wahyuni, istri dari mendiang pelaut Pelindo Marines lainnya, Suwadi, juga merasa sangat bersyukur atas adanya beasiswa yang diberikan kepada putri bungsunya, Cahya Nesia Adyatri (17 tahun). Cobaan hidup yang diterima keluarga Tri Wahyuni cukup berat. Karena tak sampai 6 bulan setelah suaminya Suwadi meninggal dunia karena sakit. Putra sulung mereka juga dipanggil Tuhan Yang Maha Kuasa. Sehingga kini hanya tinggal berdua, ia dan putrinya, Cahya, untuk melanjutkan hidup keluarga mereka.
“Kami sangat bersyukur, 2 tahun sepeninggal suami, kami telah berupaya berdagang untuk menghidupi anak semata wayang. Namun belum berhasil. Belum lama ini kami berhutang ke saudara untuk tambahan modal berjualan cemilan (makanan ringan). Beasiswa dari Pelindo Marines datang pada waktu yang tepat. Ketika ada kewajiban cicilan pinjaman, beasiswa sangat membantu meringankan kewajiban memenuhi biaya kebutuhan pendidikan Cahya,” ungkap Tri Wahyuni.
Ketika mendampingi Direktur Utama pada penyampaian beasiswa tersebut, Senior Manajer SDM Pelindo Marines, Ary Murdiyanto, mengatakan bahwa seluruh pegawai yang meninggal dunia ketika masih aktif bekerja, semuanya disebabkan oleh penyakit degeneratif (akibat perubahan atau penurunan fungsi organ tubuh). Bukan akibat kecelakaan kerja, baik di laut ketika operasional pelayanan kapal, maupun di darat.
“Karenanya Pelindo Marines akan mengupayakan inisiatif yang sistematis dalam meningkatkan kesadaran akan Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3). Tidak hanya terkait pemahaman atas bahaya dan langkah-langkah preventif mencegah kecelakaan kerja, tetapi juga mencakup kesadaran akan gaya hidup sehat. Terutama pola makan dan minum, serta pengelolaan waktu istirahat yang berkualitas dan juga mengelola stres. Harapannya ke depan pelaut dan pegawai Pelindo Marines bersama keluarganya dapat hidup lebih sejahtera dan produktif,” tegasnya.