Ketua Umum Indonesia Nasional Shipowners Association (INSA) Carmelita Hartoto mengatakan nilai Investasi kapal itu akan terus meningkat sejalan dengan pertumbuhan kebutuhan ruang muat kapal dan peremajaan armada.
Selama Maret 2005-Maret 2013, menurutnya, jumlah kapal niaga nasional sebanyak 6.006 unit atau tumbuh 99,2% menjadi 12.047 unit. Bahkan dari sisi gross tonnage (GT), dia menyatakan jumlah itu meningkat dari 5,67 juta GT menjadi 17,11 juta GT.
“Karena itu tak salah jika sekarang pelayaran kita menjadi bidikan investasi negara lain. Kedepan, industri ini telah dilihat sebagai tambang emas utama di Asia Tenggara,”katanya dalam sambutan The Indonesia International Shipbuilding,Offshore,Marine,Machinery and Equipment Exhibition & Conference 2013 Kamis (2/5).
Sebagai perbandingan, Kementrian Perhubungan mencatat jumlah kapal sejak penerapan asas cabotage sudah naik dari 6.041 unit pada 2005 menjadi 11.784 unit per Oktober 2012.
Carmelita menegaskan implementasi asas cabotage sejak terbitnya Instruksi Presiden (Inpres) No.5/2005 dan Undang-Undang (UU) No.17/2008 tentang Pelayaran memberi dampak ekonomi dan investasi besar terhadap masyarakat.
Dia mengutip data Bank Dunia yang mengumumkan pemangkasan proyeksi pertumbuhan ekonomi global pada tahun ini hingga dua basis poin menjadi 3,3% dari sebelumnya 3,5% karena berlarut-larunya resesi zona Eropa.
Bank Dunia juga menurunkan proyeksi pertumbuhan ekonomi Indonesia sebesar satu basis poin menjadi 6,2% dari sebelumnya 6,3%. Laporan itu, katanya menggambarkan bahwa situasi perekonomian global tahun ini masih belum akan pulih.
“Krisis di zona Eropa dan Amerika Serikat yang merambat ke Zona Asia telah berdampak terhadap sektor perekonomian Indonesia,tidak terkecuali industri pelayaran nasional, khususnya pada kegiatan angkutan ke luar negeri,” paparnya.
Namun, Carmelita mengungkapkan industri pelayaran yang bergerak pada angkutan dalam negeri patut bersyukur karena pangsa pasar pelayaran dosmetik masih cukup solid.
Hal ini sejalan dengan kebijakan nasional asas cabotage, terjaganya pertumbuhan ekonomi domestik serta meningkatnya perdagangan antarpulau.
INSA juga mencatat pangsa muatan angkutan laut dalam negeri selama 2012 tumbuh 10,9% dari tahun sebelumnya. Selama periode itu, muatan laut domestik mencapai 355 juta ton dibandingkan dengan 2011 sebanyak 320 juta ton.
Namun, dia menegaskan pertumbuhan itu belum maksimal karena penyediaan infrastruktur penunjang industri pelayaran nasional berjalan lambat.
Akibatnya, dia menilai banyak potensi devisa yang menguap keluar negeri. “Kami mencatat,lebih dari Rp 120 triliun potensi devisa dari ongkos angkut komoditas ekspor dan impor menguap tiap tahun. Belum termasuk sumber devisa dari sektor galangan dan indstri lainnya,”ujarnya.
Dia menegaskan minimnya kondisi infrastruktur transportasi laut juga berdampak terhadap daya saing logistik nasional. Carmelita menilai tarif pelayaran yang cenderung turun tidak diimbangi oleh penurunan biaya logistik nasional karena biaya kepelabuhan dan darat cenderung meningkat.
Saat ini, biaya logistik di Indonesia mencapai 14% terhadap total penjualan, jauh lebih tinggi dibandingkan Amerika Serikat, Jepang, dan Korea Selatan yang berada pada level 10%-12%.
Dia menyatakan pihaknya terus mendorong agar infrastruktur penunjang transportasi laut dikembangkan sesuai dengan kondisi geografis Indnesia sebgai negara kepulauan terbesar di Asia Tenggara.
Sumber : Bisnis Indonesia